Tuesday, March 16, 2010

Kepentingan Wirid Al-Qur’an bagi Para Duat



Oleh: Asy-Syahid Hasan Al-Banna

Keutamaan Al-Qur’an

Al-Qur’an Al-Karim adalah sistem yang syumul bagi seluruh hukum Islam. Al-Qur’an adalah sumber mata air yang sentiasa menyirami hati-hati yang beriman dengan kebaikan dan hikmah. Dan yang paling utama seorang hamba dalam bertaqarub kepada Allah adalah dengan membacanya.

Dalam hadits dari Ibnu Mas’ud, Nabi saw. bersabda:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأَدْبَةُ اللهِ فَاقْبَلُوا مِنْ مَأْدَبَتِهِ مَا اسْتَطَعْتُمْ ، إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ ، وَالنُّوْرُ الْمُبِيْنُ ، وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ ، وَنَجَاةٌ لِمَنِ تَبِعَهُ ، لاَ يَزِيْغُ فَيَسْتَعْتَبُ، وَلاَ يَعُوْجُ فَيَقُوْمُ ، وَلاَ تَنْقَضِي عَجَائِبُهُ ، وَلاَ يُخْلَقُ مِنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ ، اتْلُوْهُ فَإِنَّ اللهَ يَأْجَرُكُمْ عَلَى تِلاَوَتِهِ كُلُّ حَرْفٍ عَشْرَ حَسَنَاتٍ ، أَمَّا إِنِّيْ لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ ، وَلَكِنْ أَلِفْ وَلاَمْ وَمِيْم
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah panggilan dari Allah, maka terimalah panggilan-Nya semampu kalian. Al-Qur’an ini adalah tali Allah. Cahaya yang terang, dan syifa’ (obat) yang bermanfaat. Qur’an adalah perisai bagi yang berpegang teguh kepadanya, dan penyelamat bagi yang mengikuti (petunjuk)nya. Tidak akan pernah menyimpang, karena Qur’an akan meluruskannya. Qur’an tidak akan pernah habis keajaiban-keajaibannya. Tidak akan pernah lenyap kemuliaan dan kelezatannya karena sering diulang. Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya Allah akan memberi pahala kepadamu karena bacaan itu untuk setiap hurufnya sepuluh kebajikan. Saya tidak mengatakan kepada kalian bahwa ‘alif lam mim’ itu satu huruf, tetapi ‘alif’ satu huruf, ‘lam’ satu huruf, dan ‘mim’ satu huruf.” (Hakim)

Juga wasiat Rasulullah saw. Kepada Abu Dzar Al-Ghifari,
عَلَيْكَ بِتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ وَذِكْرِ اللهِ فَإِنَّهُ نُوْرٌ لَكَ فِي الأَرْضِ وَذُخْرٌ لَكَ فِي السَّمَاءِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi cahaya bagimu di bumi dan menjadi simpanan (saham amal) di langit.” (Ibnu Habban dalam hadits yang panjang)

Dari Aisyah ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia lagi taat. Dan barangsiapa membaca Al-Qur’an sedang ada kesulitan (dalam membacanya), maka baginya dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah benar-benar membawa manusia kepada pelaksanaan Al-Qur’an, melakukan klasifikasi di antara mereka menurut kedudukan mereka terhadap Al-Qur’an dan memerintah kepada orang yang tidak mampu membaca agar mahu mendengarkan dan memahami, sehingga tidak terputus berkah dari hubungan ruhi dengan kitab Allah SWT.
Rasulullah saw hubungan ruhi dengan kitab Allah SWT.

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ اسْتَمَعَ إِلَى آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى كُتِبَ لَهُ حَسَنَةٌ مُضَاعَفَةٌ وَمَنْ تَلَاهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa mendengarkan satu ayat dari Al-Qur’an, akan dicatat baginya satu kebajikan yang berlipat ganda. Dan barangsiapa membacanya, maka baginya cahaya pada hari kiamat.” (Ahmad)

بَعْثًا وَهُمْ ذُو عَدَدٍ فَاسْتَقْرَأَهُمْ فَاسْتَقْرَأَ كُلَّ رَجُلٍ مِنْهُمْ مَا مَعَهُ مِنْ الْقُرْآنِ فَأَتَى عَلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ مِنْ أَحْدَثِهِمْ سِنًّا فَقَالَ مَا مَعَكَ يَا فُلَانُ قَالَ مَعِي كَذَا وَكَذَا وَسُورَةُ الْبَقَرَةِ قَالَ أَمَعَكَ سُورَةُ الْبَقَرَةِ فَقَالَ نَعَمْ قَالَ فَاذْهَبْ فَأَنْتَ أَمِيرُهُمْ
Juga dalam hadits Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasul Allah saw. Mengutus (untuk suatu perkara), sementara mereka banyak jumlahnya. Maka baginda meminta kepada mereka untuk menghafal apa yang mereka hafal dari Al-Qur’an. Baginda menguji setiap orang di kalangan mereka. Tibalah giliran seseorang yang tertua dari mereka. Rasulullah saw. Bertanya, “Apa yang boleh kau miliki (dari hafalan Al-Qur’an) wahai fulan?” Dia menjawab, “Saya telah hafal ini dan ini, serta surah Al-Baqarah.” Rasulullah bertanya, “Benarkah kau telah hafal surat Al-Baqarah?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah bersabda, “Pergilah, maka engkaulah yang menjadi amir (pemimpin) mereka.” (At-Tirmidzi, dia mengatakan, “Ini hadits hasan”)1)

Para salafus salih tahu benar keutamaan Al-Qur’an dan keutamaan membacanya. Mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai tasyri’, sumber perundangan, penenteram hati dan wirid dalam ibadah. Mereka melapangkan dada-dada mereka di hadapannya, mentadabur isi dan kandungannya, serta mengamati makna-makna luhur yang terkandung di dalamnya ke dalam ruh dan batin mereka. Maka Allah memberikan pahala di dunia dengan menjadikan mereka sebagai qiadah alam dan di akhirat mereka mendapatkan darjat yang tinggi. Namun ternyata Al-Qur’an kini kita jauh darinya sehingga sampailah kita pada keadaan yang rapuh di dunia dan terlampau longgar dalam (pengamalan) agama.

Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda:
عُرِضَتْ عَلَيَّ أُجُورُ أُمَّتِي حَتَّى الْقَذَاةُ يُخْرِجُهَا الرَّجُلُ مِنْ الْمَسْجِدِ وَعُرِضَتْ عَلَيَّ ذُنُوبُ أُمَّتِي فَلَمْ أَرَ ذَنْبًا أَعْظَمَ مِنْ سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ أَوْ آيَةٍ أُوتِيهَا رَجُلٌ ثُمَّ نَسِيَهَا
“Diperlihatkan kepadaku semua pahala umatku, sampai-sampai (pahalanya) seseorang yang membuang kotoran dari masjid. Diperlihatkan pula dosa-dosa umatku. Maka aku tidak melihat dosa yang paling besar melebihi surah Al-Qur’an atau ayat Al-Qur’an yang dihafalkan oleh seseorang lalu dilupakannya.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Oleh kerana itu, Ikhwan sangat menaruh perhatian untuk menjadikan kitab Allah sebagai wirid pertama mereka. Dan di antara janji setia dalam menjalankannya, setiap al-akh wajib mendisiplinkan dirinya untuk membaca minima satu hizb dari Al-Qur’an setiap hari.

Kadar Wirid

Masing-masing Ikhwan memiliki situasi yang berbeza-beza. Oleh kerana itu, wirid Al-Qur’an ini tidak ada batas. Hal ini bergantung kepada keadaan dan kemampuan masing-masing.2) yang terpenting jangan sampai ada hari yang berlalu tanpa membaca sesuatu pun dari kitab Allah.

Sebagai contoh dan penjelasan masalah tersebut, berikut ini akan kami paparkan wirid qur’ani yang ideal menurut salafus salih.

1. Batas maksima (paling cepat) untuk mengkhatamkan Al-Qur’an adalah tiga hari. Mereka memakruhkan jika ada orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari atau lebih dari sebulan. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya mengkhatamkan Al-Qur’an dengan cepat kurang dari tiga hari tidak akan membantu untuk memahami dan mentadaburi isinya. Dan mengkhatamkannya lebih dari sebulan berarti keterlaluan dalam meninggalkan tilawah”.

Dari Abdullah bin Amru bin Al-‘sh ra. Ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
لَمْ يَفْقَهْ مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ فِي أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثٍ
“Tidak akan paham orang yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi, dan Ibnu Majah. At-Tarmidzi berkata, “Ini hadits hasan shahih.”)

2. Batas pertengahan adalah mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekan, jika hal itu memungkinkan. Rasulullah saw. Suatu ketika menyuruh Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash untuk mengkhatamkan Al-Qur’an tiap pekan.3) demikian pula sahabat-sahabat lain melakukannya, seperti Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas.ud, Ubay bin Ka’ba ra. Bahkan Utsman bin Affan membuka malam jum’at dengan membaca Al-Baqarah sampai Al-Ma’idah; malam sabtu surat Al-An’am sampai surat Hud,; malam ahad surat Yusuf sampai Maryam; malam isnin surah Thaha sampai tha’shin mim, Musa, dan Fir’aun, yakni surah Al-Qashash; malam selasa surah Al-Ankabut sampai Shad; malam rabu surat Tansil (Az-Zumar) sampai Ar-Rahman; dan malam khamis mengkhatamkannya.

Ibnu Mas’ud mempunyai cara pembahagian lain, yang berbeza dari segi jumlah surah, namun sama dalam mengkhatamkan, yakni tiap pekan. Banyak riwayat tentang pembahagian bacaan dalam sepekan tersebut.4)

Surat-surah yang disunnahkan untuk memperbanyak bacaannya

Di antara wirid Al-Qur’an Ikhwan yang berterusan dilakukan tiap hari adalah membaca surah-surah berikut, Yaitu : Yasiin, Ad-Dukhan, Al-Waqi’ah, dan Tabaraka (Al-Mulk). Lebih dikhususkan lagi dalam hal itu pada hari dan malam Jumaat. Kemudian ditambah dengan surah Al-Kahfi dan Ali-Imran. Banyak hadits Rasulullah yang menerangkan hal itu. Di antaranya adalah:

1. Dari Ma’qil bin Yassar ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda:
قَلْبُ الْقُرْآنِ يس لاَ يَقْرَؤُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَالدَّارَ الآخِرَةَ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ , اقْرَءُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ
“Jantung Al-Qur’an adalah surat Yasin. Tidaklah seseorang membacanya dalam rangka menginginkan ridha Allah dan kampung akhirat, kecuali Allah akan mengampuninya. Bacalah surah itu pada jenazah-jenazah kalian (detik-detik menjelang kematian).” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’I, dan yang lainnya)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata:
مَنْ قَرَأَ تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ كُلَّ لَيْلَةٍ مَنَعَهُ اللهُ بِهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ , وَكُنَّا فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُسَمِّيْهَا الْمَانِعَةَ , وَأَنَّهَا فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ سُوْرَةً مَنْ قَرَأَ بِهَا فِي لَيْلَةٍ فَقَدْ أَكْثَرَ وَطَابَ
“Barangsiapa membaca ‘tabarakalladzi biyadihil mulku…’ setiap malam, dengan surah itu Allah akan mencegahnya dari azab kubur. Pada zaman Rasulullah saw. Kami menamakannya Al-Mani’ah (yang mencegah). Surat tersebut dalam Al-Qur’an merupakan surah yang barangsiapa membacanya setiap malam, maka dia telah memperbanyak (tilawah) dan memperbaikinya.” (An-Nasa’i, Al-Hakim meriwayatkan hadits serupa dan menshahih-kannya

Dalam hadits abu Hurairah:
مَنْ قَرَأَ حم وَالدُّخَانِ فِي لَيْلَةٍ أَصْبَحَ يَسْتَغْفِرُ لَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ
“Barangsiapa membaca surat Ad-Dukhan setiap malam, tujuh puluh ribu malaikat akan memohon ampun untuknya.” (At-Tirmidzi dan Al-Ashbahani)

Hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra., Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ قَرَأَ سُوْرَةُ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ
“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumaat, Allah akan meneranginya dengan cahaya di antara (rentang waktu) dua Jum’at.” (An-Nasa’i dan Al-Baihaqi secara marfu’)

Hadits Ibnu Abbas ra., ia berkata Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ قَرَأَ السُّوْرَةَ الَّتِي يَذْكُرُ فِيْهَا آلَ عِمْرَانَ يَوْمَ الُجُمُعَةِ صَلَّى عَلَيْهُ اللهُ وَمَلاَئِكَتُهُ حَتَّى تَغِيْبَ الشَّمْسُ
“Barangsiapa membaca surat yang biasa disebut Ali Imran pada hari Jumaat, Allah akan mendo’akannya dan juga para malaikatNya sampai terbenamnya matahari.” (Ath-Thabrani, dalam kitab Al-Ausath dan Al-Kabir”)

Terdapat banyak atsar yang marfu’ dan yang mauquf dari hadits Abdullah bin Mas’ud tentang keutamaan surat Al-Waqi’ah. Apalagi di dalamnya terdapat ayat tentang hari kebangkitan, hari pembalasan, dan dalil yang kuat tentang hal itu, yang tidak mungkin akan meninggalkan keraguan-keraguan bagi orang yang berakal. Maka disunahkan bagi setiap al-akh muslim untuk tidak menghalangi sampainya keutamaan surah ini kepadanya dengan cara membacanya setiap hari sekali. Pada hari Jumaat dibaca sekali pada siang hari dan sekali pada malam hari, pada waktu asar sampai maghribnya digunakan untuk membaca surat Ali-Imran. Barangkali itu merupakan waktu dimakbulkannya do’a. maka seorang al-akh menggunakan waktunya untuk menyibukkan diri dengan sebaik-baik dzikir, yakni tilawah Al-Qur’an.

Adab Tilawah

Di mukadimah telah kami sebutkan sebahagian adab zikir. Kami tambahkan di sini bahawa di antara adab tilawah adalah sungguh-sungguh dalam tadabbur dan tafakkur. Dan inilah tujuan awal dari tilawah Al-Qur’an. Allah swt berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (Shad: 29)

Apalagi jika diperhatikan bahawa Al-Qur’an adalah kalam dari Rabbul ‘alamin.
Adab tilawah yang lain adalah menjaga hukum-hukum tajwidnya. Membaca huruf harus benar-benar dari makhrajnya dan menepati kaidah-kaidahnya, memanjangkan yang harus dipanjangkan, mendengungkan yang harus didengungkan, mentafkhim yang harus ditafkhim dan mentarqiq yang memang harus ditarqiq. Demikian pula kaidah-kaidah yang lainnya.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra., Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ نَزَلَ بِحُزْنٍ فَإِذَا قَرَأْتُمُوهُ فَابْكُوا فَإِنْ لَمْ تَبْكُوا فَتَبَاكَوْا وَتَغَنَّوْا بِهِ فَمَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِهِ فَلَيْسَ مِنَّا
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan dalam suasana sedih maka apabila kalian membacanya, menangislah. Jika tidak mampu menangis, maka seakan-akan menangis dan lagukanlah (sesuai tajwidnya, pent.) Barangsiapa yang tidak melagukan Al-Qur’an, maka ia bukan golongan kami.” (HR. lbnu Majah)

Yang dimaksud dengan melagukan Al-Qur’an adalah berusaha menampakkan rasa khusyu’ dengan tajwid yang benar dalam membaca. Ada hadits Jabir, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ الَّذِي إِذَا سَمِعْتُمُوهُ يَقْرَأُ حَسِبْتُمُوهُ يَخْشَى اللَّهَ
“Sesungguhnya yang paling baik suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah orang-orang yang jika kalian mendengarkan ia membaca, kalian menganggap bahawa ia khusyu’ kepada Allah” (lbnu Majah)

Majlis Istima’ (Mendengar bacaan Al-Qur’an)

Dan di antara wirid Qur’an Ikhwan adalah berkumpul untuk ber-istima’ kepada kitab Allah dari orang yang baik bacaannya. Bagi pembaca di majlis istima’ ini, hendaknya membaca Al-Qur’an secara tartil dengan tetap memperhatikan adab-adab di atas. Bagi para ikhwan yang mendengarkan, hendaknya konsentrasi dan merenungkan makna-makna yang terkandung di dalamnya serta berada pada puncak kekhusyu’kan, penghormatan, dan pengagungan terhadap kitab Allah dengan menghadirkan makna ayat berikut ini (dalam hati)..!

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan perhatikan dengan tenang agar kalian mendapatkan rahmat.” (Al-A:raf: 204)

Para sahabat Rasulullah saw. ketika mendengarkan Al-Qur’an, seolah di atas kepala mereka ada seekor burung. Para sheikh (guru) di Makkah dari kalangan orang-orang salih, ketika hendak berzikir, mereka menghadap kepada Imam Syafi’i. Beliau dikenal sangat baik bacaannya. Beliau membacakan ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka, maka seseorang tidak akan melihat orang-orang yang menangis melebihi tangisan mereka tatkala mendengar ayat-ayat yang dibacakannya hal itu.

وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al-Qur’an) yang telah mereka ketahui.” (Al-Maidah: 83)

Sebagai kesempurnaan manfaat yang dapat diambil maka dianjurkan kepada para alim yang menghadiri majlis mereka untuk memberikan gambaran ringkas tentang maksud-maksud yang terkandung di dalam ayat-ayat yang dibacakan.

Wirid Hafalan

Bagi setiap al-akh Muslim juga dianjurkan dan ini adalah bahagian dari wirid qur’ani agar bersungguh-sungguh dengan segenap kemampuan untuk menghafal apa yang memungkinkan mampu dihafalnya dari Al-Our’an. Ia harus mendisiplinkan diri setiap hari untuk menghafal dengan sebaik-baiknya satu ayat atau beberapa ayat sesuai dengan kadar kemampuannya. Dengan rutin seperti ini, akan memungkinkan baginya untuk menghafal banyak ayat dari Kitab Allah.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda kepada Abu Dzar ra:
يَا أَبَا ذَرٍّ لَأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةٍ
“Wahai Abu Dzar, ketika engkau di awal siang lalu engkau mengerti satu ayat dari kitab Allah itu, lebih baik bagimu dari pada solat seratus raka’at.” (Ibnu Majah dengan sanad yang hasan. Hadits ini diperkuat oleh hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud dengan makna yang senada)5)

Maka bersungguh-sungguhlah wahai saudaraku untuk memperoleh keuntungan dengan fadilah (keutamaan) ini. Kepada Allah kita memohon agar menjadikan kita termasuk para ahlul Qur’an. Dengan itu, maka kita menjadi ahli Allah dan takutkanNya. Cukuplah Allah sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.
___________________________________________________________
1) Lengkapnya hadits berbunyi, “Maka berkatalah seseorang dari kalangan pembesar mereka, ‘Wahai Rasulullah, tidak ada yang menghalangiku untuk menghafal Surat Al-Baqarah, melainkan aku khawatir tidak bisa melaksanakan (isi)nya.’ Maka Rasulullah saw. bersabda, ‘Belajarlah dan bacalah Al-Qur’an, maka perumpamaan Al Qur’an bagi orang yang mempelajari kemudian membaca dan mengamalkannya adalah bagaikan kantong kulit yang penuh dengan minyak wangi, (di mana) baunya semerbak ke setiap tempat. Dan perumpamaan Al-Qur’an bagi yang mempelajarinya kemudian berhenti sampai di situ, dan Al-Qur’an hanya sebatas di kerongkongannya adalah bagaikan kantong kulit yang berlapis minyak wangi.’”

2) Dalam kitab At-Tibyan Imam Nawawi berkata, “Yang jelas hal itu berbeda karena keragaman manusia. Maka barangsiapa tampak pada dirinya ketelitian dan berbagai pengetahuan tentang kejelian berpikir, hendaklah ia membatasi sesuai dengan keberhasilan dia dalam mencapai kesempurnaan pemahaman dari apa yang dibacanya. demikian pula barangsiapa yang disibukkan dengan tugas-tugas keagamaan demi kemaslahatan kaum muslimin hendaklah ia membatasi pada kadar tertentu, sehingga, tidak terganggu apa yang menjadi tujuannya. Kalau bukan dari kalangan mereka, maka hendaklah ia memperbanyak sebatas yang memungkinkan baginya tanpa harus membatasi sampai capek atau mempercepat (bacaan).”

3) Dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash ra. berkata, “Aku berpuasa terus-menerus dan membaca (mengkhatamkan Al-Qur’an setiap malam. Terkadang aku sebutkan kepada Rasulullah, dan kadang ada yang diutus menemuiku. Maka aku yang datang kepada beliau, kemudian beliau bersabda. ‘Benarkah aku mendengar bahwa kau puasa terus menerus dan membaca Al-Qur’an setiap malam?’ Aku menjawab, ‘Ya wahai Nabi Allah. Aku tidak menghendaki hal itu kecuali kebaikan.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya cukuplah bagimu untuk berpuasa tiga hari tiap bulan.’ Aku berkata, ‘Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku kuat lebih banyak dari itu.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya istrimu punya hak yang harus kau tunaikan, tamumu punya hak yang harus kau tunaikan, dan jasadmu punya hak yang harus kau tunaikan. Maka berpuasalah seperti puasanya Nabi Dawud, sesungguhnya beliau adalah manusia yang paling menghamba (kepada Allah).’ Aku bertanya, ‘Bagaimanakah puasa Daud itu, wahai Nabi Allah?’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Nabi Daud itu sehari puasa dan sehari berbuka. Dan khatamkan Al-Qur’an setiap bulan.’ Aku berkata, ‘ sesungguhnya aku kuat lebih dari itu.’ Beliau bersabda, ‘Khatamkan setiap dua puluh hari. Aku berkata, ‘Aku kuat Yang lebih dari itu.’ Beliau menjawab, ‘Khatamakan setiap tujuh hari dan jangan sampai kurang dari itu (jangan sampai kurang dari tujuh hari pent.) Karena sesungguhnya istrimu mempunyai hak yang harus kau tunaikan, tamumu mempunyai hak yang harus kau tunaikan, dan jasadmu mempunyai hak yang harus kau tunaikan Aku memperberat diriku, maka Rasulullah pun memberatkan aku, dan Rasulullah saw. bersabda kepadaku, ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu barangkali kau akan diberi umur panjang.’ Maka aku pun melaksanakan apa yang telah disabdakan Rasulullah saw. tersebut. Ketika pada usia senja, aku membayangkan seandainya waktu itu aku mau menerima dipensasi dari Nabi Allah saw.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4) Pembagian ini tidak mutlak harus begitu, tetapi ini hanya dalam rangka beritiba’ (kepada salafush shalih) dan menyebut yang lebih utama. Maka seorang al-akh hendaklah membaca semampunya, Yang penting jangan sampai ada waktu berlalu tanpa tilawah. Jika dia tidak begitu mahir dalam tilawah, hendaklah bersungguh-sungguh dalam melakukan istima’ atau dengan menghafal sebagian surat-surat pendek setiap kali terbuka kesempatan untuk itu.

5) Matan hadits itu berbunyi, “Dari Uqbah bin Amir ra. ia berkata, ‘Rasulullah keluar (menuju kami) -sementara waktu itu kami berada di Shuffah- dan bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian yang di awal pagi bisa bepergian dari Bath-ham ke Al-Aqiiq. Dari situ ia membawa dua unta yang besar dan gemuk. Dia sendiri tidak pernah berbuat dosa dan memutus tali silaturahmi.’ Kami menjawab, ‘Wahai Rasulullah kami menyukai hal itu.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidak inginkah salah seorang dari kalian bersegera menuju mesjid, kemudian mengerti dan membaca dua ayat dari kitab Allah? Itu lebih baik daripada dua unta, empat ayat lebih baik baginya dari pada empat unta dan (sebanyak ayat yang dibaca) itu lebih baik dari pada sebanyak unta (yang sesuai dengan jumlah ayat tadi).” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Petikan asal dari http://www.al-ikhwan.net/wirid-al-quran-3579/

1 comment:

  1. kadang kita terjerumus..baca ini bakal gini baca itu bakal gitu...
    perlu di jelaskan... yang mengijinkan segala sesuatu itu allah swt...bkn ayatnya...membaca ayat cuma salah satu bentuh usaha.... sama seperti musa membelah lautan..bukan tongkatnya yang sakti tapi atas ijin allah lautan terbelah..sedang menancapkan tongkat dan akhirnya terbelah lautan hanya usaha dari nabi musa

    ReplyDelete

Sila berikan komen anda