Oleh: Prof. Dr. Taufiq al-Wa'ie
Dakwah Islam di Mekah tidak mampu bergerak, tersebar dan menyampaikan kebaikannya lebih-lebih lagi
sebagai satu umat dan sebuah Negara, yang mengangkat panji tauhid dan berjihad pada landasan untuk mengubah realiti dunia yang punah. Juga sebagai negara yang menolak syirik dan penyembahan berhala, meninggalkan fahaman perkauman sempit yang meluas di kalangan mereka, yang menutup pintu hati mereka, yang mendorong mereka menyiksa pendokong dakwah Islam sehingga mati tanpa rasa belas kasihan, kemudian menyekat pemimpinnya dari segi ekonomi, masyarakat dan diri, merancang untuk membunuh dan menghapuskannya.
Semua situasi tersebut dan semua kelemahannya menyebabkan idea untuk berhijrah dari Mekah merupakan satu perkara yang tidak boleh dielakkan. Di samping itu juga menyebabkan perlunya kepada kesabaran menanggung keperitan dan penyiksaan di negeri ini, mahupun bersedia menghadapi kesukaran dan kesusahan kerananya sehinggalah Allah menentukan kesudahannya dan tiba masa mengecapi kebebasan, sama ada secara berperingkat-peringkat seperti hijrah ke Habsyah atau muktamad dalam hijrah ke Madinah. Penghijrahan juga satu tuntutan untuk meleburkan halangan dan sedia berkorban di atas jalan prinsip dan sabar melalui jalan yang panjang, jalan dakwah dan jihad yang sukar sentiasa mengiringi pendokong dakwah semasa berada di perjalanan yang penuh pancaroba dan kerosakan yang berleluasa dalam semua lapangan hidup. Dengan itu sudah semestinya kepada pemimpin dan generasi pertama yang menjadi contoh yang hidup menempuh halangan dan penyiksaan supaya menjadi teladan tentang perjalanan yang panjang buat generasi yang mengikuti jalan mereka.
Dengan itu sudah semestinya bagi dakwah yang menyeru penghijrahan perlu menerapkan ciri-ciri (muwasofat) kepada barisan muslim, supaya mampu melangkah ke puncak yang diingini dalam usaha mengubah reality dunia yang rosak, baik individu, rakyat dan negara. Dakwah yang menyeru penghijrahan telah berjaya menerapkan anggotanya dengan ciri-ciri ini:
1. Mengutamakan akidah melebihi harta, anak-anak dan apa jua. Hal ini terbukti dalam semua bentuk dan keadaannya dengan jelas dalam peristiwa Hijrah. Para lelaki keluar meninggalkan harta, rumah, perniaggaan, pekerjaan dan anak-anak, dengan mengorbankan dirinya kerana mengharapkan keredhaan Allah. Firman Allah;
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya Karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”. (Al-Baqarah: 207)
Meninggalkan semua perkara sekiranya bertentangan dengan akidahnya, bahkan mengeluarkannya dari lubuk hatinya dan membuang perasaan cinta dari hatinya berdasarkan perintah Allah swt:
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (At-Taubah: 24)
2. Ukhuwwah menyatukan barisan. Peristiwa Hijrah adalah contoh terbaik di mana mereka sanggup berkongsi tunggangan, kerana orang-orang beriman dipersaudarakan dengan ukhuwwah kasih saying, akidah, jihad dan jalan yang ditempuh. Al-Quran telah memuji ukhuwwah di dalam ayatNya yang dirakamkan di bumi dan langit. Firman Allah:
“Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Al-Hasyr: 9)
Ikatan persaudaraan atas dasar keimanan yang istiharkan mestilah bebas dari semua ikatan seperti jahiliyah syirik dan penyembahan berhala. Firman Allah:
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (At-Taubah: 23)
3. Peringkat dakwah berkumpulan atau kolektif yang dibantu oleh negara, kuasa, barisan pendakwah dan mereka yang mampu berhujjah dan memiliki kecerdikan, yang tidak mampu disekat oleh kuasa jahat, tidak mampu dihalang oleh penguasa sombong dan keji, dari sampai kepada akal dan pemikiran, tidak mampu kuasa yang ada mengubah mereka dari memenangkan yang benar dan mengalahkan yang batil kerana mengingini kerosakan dan kejahatan.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali-Imran: 104)
4. Berpindah dari peringkat lemah kepada peringkat kuat dan mampu bersuara, dari peringkat bertahan, cekal dan sabar menanggung kekejaman dan penyiksaan kepada peringkat mempertahankan dakwah, pendakwah dan menentang kezaliman dengan mata pedang. Firman Allah:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, Karena Sesungguhnya mereka Telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,40. (yaitu) orang-orang yang Telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah Telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (Al-Hajj: 39-40)
“Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. (An-Nahl: 126)
5. Menegakkan sebuah Negara dan mendokong pemikiran, mengajarkan kebaikan kepada manusia dan melaksanakan Islam dalam bentuk praktikal. Firman Allah:
“49. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang Telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum yang Telah diturunkan Allah), Maka Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.50. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”. (Al-Maidah: 49-50)
6. Melahirkan sebaik-baik umat yang dikeluarkan untuk manusia bagi melaksanakan petunjuk Allah dan nabi, menyempurnakan ibadah kepada Allah yang Esa, menggajak manusia kepada kebenaran dan menyampaikannya, mencegah mereka dari melakukan kemungkaran dan melarang dari terjerumus ke dalamnya. Firman Allah:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Ali-Imran: 110)
7. Mengatur hubungan antara orang Islam dengan penganut agama lain, kerana nabi saw telah mengadakan kesatuan siasah dan peraturan aanta orang Islam dan Yahudi, dan mengikat hubungan antara mereka dan orang Islam dengan satu perjanjian muafakat, di mana diberikan kebebsan mutlak untuk urusan agama dan harta, tiada langsung siasah penyisihan, bahkan menjadikan mereka sebagai umat bersama orang-orang beriman di mana mereka perlu membantu untuk memerangi orang-orang yang menyerang Madinah dan menolong orang yang ditindas dan dizalimi. Sesuatu kesalahan yang dilakukan dirujuk kepada undang-undang dan dikembalikan kepada Allah dan Rasul. Hukuman akan dikenakan ke atas penzalim tanpa mengira orang Islam atau Yahudi.
Negara Islam kini menjadi sebuah Negara yang penuh maufakat walaupun berbilang agama. Penduduknya hidup dengan aman dan tenteram. Oleh sebab itu hijrah nabi saw penuh teladan yang perlu diikuti dan mampu menyebarkan dakwahnya kepada semua manusia yang mengingini keamanan dan kedamaian, di bawah naungan sebuah masyarakat yang mulia dan unggul di dunia. Firman Allah:
“Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".(Ali-Imran: 64)
----------------------
Majalah Al-Mujtama’, Bil. 1590 (28/2/2004 bersamaan 8 Muharam 1425H)
Terjemahan dari http://www.ikhwanonline.com/Article.asp?ArtID=5313&SecID=363
0 ulasan
Sila berikan komen anda